Archive for September 2018

Tuesday, September 4, 2018
ASIASUMO.COM
Minneapolis - Miliarder sekaligus pendiri perusahaan e-commerce raksasa ChinaJD.com, Richard Liu, ditangkap di negara bagian Minnesota, Amerika Serikat, karena dicurigai melakukan tindak pelecehan seksual.Dia ditangkap tidak lama sebelum tengah malam pada Jumat 31 Agustus, dan dibebaskan tepat setelah pukul empat sore di hari berikutnya, demikian menurut informasi dari kantor sheriff county Hennepin.

Dikutip dari The Guardian pada Senin (3/9/2018), Liu dibebaskan secara bersyarat seraya menunggu jadwal banding. Juru bicara polisi kota Minneapolis, John Elder, mengatakan penyelidikan sedang berlangsung, namun menolak untuk memberikan rincian penangkapan.
JD.com sendiri adalah salah satu "pemain kelas berat" di industri teknologi China, yang bersaing ketat dengan Alibaba. Liu terkenal di Cina dan memiliki kekayaan bersih --menurut Forbes-- senilai US$ 7,9 miliar, atau setara Rp 116 triliun.
JD.com, yang didukung oleh Walmart, Google, dan Tencent Holdings dari China, mengatakan dalam sebuah pernyataan pada hari Minggu bahwa Liu, yang nama Mandarin-nya adalah Liu Qiangdong, dituduh secara keliru.

"Selama perjalanan bisnis ke Amerika Serikat, Liu ditanyai oleh polisi di Minnesota sehubungan dengan tuduhan yang tidak terbukti kebenarannya," kata perusahaan itu.
"Polisi setempat, dengan cepat memutuskan tidak ada substansi untuk klaim terhadap Liu, dan dia kemudian dapat melanjutkan kegiatan bisnisnya seperti yang direncanakan semula," tambah sumber informasi terkait.

Perusahaan terkait tidak segera memberikan rincian lebih lanjut, dan Liu tidak memberikan pernyataan pers hingga saat ini.
Sementara itu, University of Minnesota mengatakan Liu adalah seorang mahasiswa doktoral di program administrasi bisnisnya.
Program yang diikuti Liu, sebagaimana dikutip dari Time.com, merupakan kemitraan dengan University of Tsinghua, dan ditujukan untuk para eksekutif penuh waktu di China.

Adapun keberadaan Liu di Minneapolis adalah sebagai bagian dari pelatihan kurikulum akhir pada pekan lalu. Hal tersebut memebrikan kesempatan bagi mahasiswa doktoral terkait, melakukan studi kasus dan bimbingan konseling langsung di AS.
Juru bicara Universitas terkait, Emma Bauer, dalam sebuah pernyataan menolak berkomentar lebih lanjut dan merujuk pertanyaan ke polisi setempat.

Polisi Minneapolis mengatakan mereka tidak merilis informasi lebih lanjut mengenai kasus ini, meskipun sejatinya masih berstatus aktif, menunggu penyidikan lebih lanjut.
"Kami membuat keputusan untuk membebaskannya, karena belum ada cukup bukti," ujar John Elder, petugas informasi publik di kepolisian setempat.
"Sama sekali tidak ada larangan dalam perjalanannya (ke AS). Pemahamannya adalah jika kami perlu berhubungan dengannya, maka kami bisa melakukannya segera," lanjut Elder.
Saat ini, menurut Forbes, Liu disebut memiliki kekayaan bersih US$ 7,9 miliar, atau setara Rp 117 triliun. Hal itu menjadikan sebagai salah satu dari sepuluh besar orang terkaya di Negeri Tirai Bambu.
ASIASUMO.COM

Monday, September 3, 2018
ASIASUMO.COM
Tapanuli Tengah - Tanggal 6 Juli 2018 silam menjadi hari bahagia bagi pasangan asal Tapanuli Tengah, Sumatera Utara, Frengki Aritonang (32) dan Dewi Sartika Boru Hutauruk (28). Biduk rumah tangganya kembali dikaruniai seorang bidadari kecil. Bayi ke empat tersebut mereka beri nama Wahyuni Aritonang.

Di awal kelahiran, Wahyuni tampak sehat seperti bayi pada umumnya. Petaka mulai datang dua minggu setelah kelahiran Wahyuni. Bayi mungil ini divonis mengidap pembengkakan pembuluh darah. Frengki dan Dewi panik. Mereka bingung mau membawa buah hatinya berobat ke mana.
Di usianya yang masih dua bulan, Wahyuni harus menahan sakit. Dia terus menangis. Mulanya, Wahyuni mengalami demam tinggi, lalu terjadi pembengkakan di bagian kepala belakang. Bahkan kini, kulit kepalanya mulai terkelupas hingga bagian leher. Bagian tubuhnya itu mengeluarkan darah dan nanah.

Saat kondisinya makin memburuk, Frengki dan Dewi membawa Wahyuni ke Puskesmas di kawasan Sibabangun, Medan. Pihak Puskesmas kemudian merujuk Wahyuni ke RSUD Pandan. Satu minggu dirawat, kondisi Wahyuni tak kunjung membaik. Hanya terjadi penyusutan pmbengkakan.
"Kami semakin khawatir. Cuma ingin anak kami sembuh," kata Frengki sambil berlinang air mata di rumahnya, Dusun III, Desa Mombang Boru, Kecamatan Sibabangun, Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara (Sumut).Kulit kepala dan leher Wahuni melepuh. Pihak Rumah Sakit menyarankan agar anak mereka dibawa ke rumah sakit di Medan. Frengki terkendala biaya. Selama ini, mereka memang hidup seadanya. Penghasilannya sebagai buruh harian lepas (BHL) hanya cukup untuk menutupi kebutuhan sehari-hari, apalagi BPJS juga tidak ada.

Di RSUD Pandan, Frengki hanya bermodalkan Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM). Karena terkendala biaya, Wahyuni dipulangkan ke rumah dan dirawat seadanya. Kepalanya yang luka hanya dialasi daun pisang agar tak menempel di kain bantal.
Semangat keluarga Frengki menurun. Mereka mulai pasrah dengan kondisi Wahyuni. Frengki hanya berharap bantuan dari para dermawan dan pemerintah untuk pengobatan anaknya.
"Semoga pemerintah maupun para dermawan berkenan membantu biaya pengobatan putri saya ini," harap Frengki.

ASIASUMO.COM




Saturday, September 1, 2018

ASIASUMO.COM
London - Mary Ann 'Polly' Nichols menjadi koban pertama pembunuhan berantai yang dilakukan Jack the Ripper. Kali terakhir perempuan tersebut terlihat dalam kondisi hidup pada 31 Agustus 1888 sekitar pukul 2.30 dini hari. Kala itu, ia berdiri di pojokan gelap antara Osborn Street dan Whitechapel Road.Sejam kemudian ia ditemukan tewas. Jasadnya ditemukan oleh kusir kereta kuda, Charles Allen Lechmere. Roknya terangkat ke atas, ada sejumlah luka sayatan pisau di tubuh perempuan itu. Sejumlah organ dalamnya termutilasi.

Di Inggris era Victoria, wilayah East End di London dipenuhi permukiman kumuh yang dihuni hampir sejuta warga termiskin di kota tersebut. Sejumlah perempuan terpaksa menjadi pekerja seks komersial. Kala itu diperkirakan ada 1.000 PSK di Whitechapel. Mary Ann 'Polly' Nichols adalah salah satunya.Dan ternyata, ia bukan PSK satu-satunya yang jadi korban. Pada 8 September, jasad kedua ditemukan. Namanya Annie Chapman.

Sementara pada 30 September, dua pekerja seks komersial lain, Liz Stride dan Kate Eddowes ditemukan tak bernyawa.Seperti dikutip dari Asiasumo.com, Kamis (30/8/2018), Kepolisian London atau Scotland Yard menemukan pola pembunuhan berantai yang menargetkan para PSK itu. Mula-mula, pembunuh diduga menawarkan imbalan uang untuk layanan seksual, mengajak korbannya ke jalan atau lokasi yang sepi, lalu mengiris lehernya.
Saat korbannya kehilangan banyak darah, pelaku kemudian menyerangnya dengan pisau sepanjang 6 inchi atau 15 cm.

Namun, polisi saat itu tak dibekali teknik-teknik forensik seperti saat ini, misalnya penentuan sidik jadi dan golongan darah. Aparat pun tak punya petunjuk yang mengarah ke pelaku.
Sementara itu, lusinan surat yang diduga ditulis oleh pelakunya dikirim ke polisi. Namun, kebanyakan terbukti palsu belaka.Meski demikian, ada dua surat yang ditulis orang yang sama. Isinya merinci soal kejahatan yang konon dilakukannya, termasuk sejumlah temuan yang hanya diketahui polisi dan pelaku.Pengirim menyebut dirinya Jack the Ripper -- yang kemudian menjadi julukan populer bagi pembunuh berantai itu.
Salah satu surat bercap pos tanggal 15 Oktober 1888 diterima oleh George Lusk, yang saat itu menjabat sebagai ketua Whitechapel Vigilance Committee -- kelompok relawan lokal yang berpatroli di Distrik Whitechapel, London, pasca-pembunuhan berantai pada tahun itu. Pengirimnya mengaku sebagai "Jack the Ripper" alias alias 'Jack sang Pencabik' si pembunuh berantai.
Itu bukan surat biasa. Juga disertakan setengah potong ginjal manusia yang diawetkan dengan etanol.

Tulisan yang ada di dalamnya awut-awutan. Penuh salah eja, seakan ditulis orang berpendidikan rendah. Jika benar ini tulisan Jack the Ripper, muncul perdebatan apakah kekeliruan tersebut nyata atau disengaja.Pada 7 November 1888, sebulan setelah tak beraksi, Jack menghabisi korban kelima sekaligus yang terakhir, PSK kelahiran Irlandia, Mary Kelly.
Dari semua korban, Kelly adalah yang paling termutilasi. Meski demikian pada 1892, karena tak ada petunjuk dan tak ada pembunuhan lain yang tercatat, kasus Jack the Ripper ditutup.
Korbannya yang teridentifikasi 'hanya' 5 orang, namun ia diyakini menghabisi lebih dari 100 orang.
Hilangnya organ-organ dalam dari tiga korban Jack the Ripper memunculkan dugaan bahwa pelaku memiliki pengetahuan anatomi atau bedah.


Hingga kini, siapa sosok asli di balik Jack the Ripper masih misterius. Setidaknya ada enam orang yang jadi terduga.Mereka adalah, pelaut berkebangsaan Jerman bernama Carl Feigenbaum; pengacara lulusan Oxford, Montague John Druitt; pelukis aliran impresionis, Walter Sickert; Robert Mann, seorang pegawai di rumah duka di Whitechapel; perempuan bernama Mary Pearcey yang berjuluk 'Jill the Ripper'; hingga Pangeran Albert Victor, putra Raja Edward VII sekaligus cucu Ratu Victoria.Pada 2014, sampel darah yang ditemukan pada selendang milik salah satu korban konon mengarah dugaan soal sosok di balik Jack the Ripper, yakni seorang imigran Yahudi-Polandia berusia 23 tahun yang bernama Aaron Kosminski.

Sang detektif, Russel Edwards mengatakan selendang yang masih berlumuran darah korban itu dibelinya pada 2007, dari sebuah pelelangan di Bury St Edmunds, Suffolk.
Edwards kemudian melakukan tes DNA yang kemudian membawanya ke identitas sang pembunuh. "Aku punya satu-satunya alat bukti forensik sepanjang sejarah kasus ini. Aku menghabiskan 14 tahun menyelidikinya dan telah memecahkan misteri Jack the Ripper itu," kata dia seperti dikutip dari The Guardian, Senin (8/9/2014).

"Hanya orang yang tak mau percaya yang ingin terus melestarikan mitosnya, ragu bahwa fakta bisa terkuak. Tapi sekarang, aku telah membuka kedoknya," lanjutnya.
Jack the Ripper membunuh sedikitnya lima perempuan, memotong leher mereka, mengambil beberapa organ dalam, dan membuang tubuhnya di lorong-lorong Whitechapel, Inggris.
Edwards, detektif asal Barnet, London Utara telah lama 'terpesona' dengan misteri pembunuhan ini, dan bertekad menguak teka-teki kasus itu.
Ia menceritakan selendang yang dibelinya itu merupakan milik Catherine Eddowes, korban The Ripper. Edwards kemudian meminta bantuan seorang ahli biologi molekuluer, Jari Louhelainen untuk mengidentifikasi DNA korban dan sang pembunuh.

"Saya meminta bantuan Louhelainen dan kami menyelidikinya selama 3,5 tahun. Dan ketika kami menemukan kebenaran itu. Bagi kami, itu adalah momentum paling menakjubkan," detektif berusia 48 tahun itu.Edwards mengatakan temuannya yang dihasilkan 126 tahun setelah pembunuhan yang menggegerkan Inggris membuktikan tanpa keraguan bahwa Kosminski -- salah satu dari enam tersangka utama polisi kala itu -- adalah si pembunuh legendaris.
Edwars mengaku mendapatkan inspirasi setelah menonton film yang dibintangi Johnny Depp, "From Hell" -- yang menceritakan tentang pembunuhan yang dilakukan Ripper, mengatakan polisi saat itu telah mengidentifikasi Kosminski sebagai tersangka, tetapi tidak pernah memiliki cukup bukti untuk membawanya ke pengadilan .

Kosminski adalah seorang imigran Yahudi-Polandia yang, melarikan diri dari eksekusi Rusia -- yang saat itu menguasai negerinya. Ia datang bersama keluarganya di Inggris pada 1881 dan tinggal di Mile End Old Town.
Dia menjadi penghuni rumah sakit jiwa -- tempat meninggal pada 1899 akibat gangren di kakinya.
Meskipun begitu, sejumlah ahli meragukan klaim Edwards.
Sejumlah pihak menyebut, sosok di balik penjahat legendaris 'Jack the Ripper' adalah anggota Freemason, Michael Maybrick.
Dugaan itu berdasarkan tanda yang tertinggal dalam salah satu jasad korban Jack the Ripper, mistar dan jangka. Lambang Freemason.

Selain pembunuhan pertama Jack the Ripper, sejumlah peristiwa bersejarah terjadi pada 31 Agustus. Pada 1957, Malaysia merdeka dari Inggris, sementara Kirgizstan merdeka dari Uni Soviet pada 1991
Dan, tanggal 31 Agustus 1997 menjadi hari terakhir bagi Putri Diana, Princess of Wales. Lady Di tewas dalam sebuah mobil di Paris.

ASIASUMO.COM



ASIASUMO
Taipei - Pemerintah Amerika Serikat (AS) mengatakan, akan segera mengirim secara bertahap personel keamanan khusus ke kedutaan de facto-nya di Taiwan dalam beberapa waktu ke depan.
Kabar tersebut disampaikan oleh seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri AS, ketika menanggapi pertanyaan tentang apakah Washington akan mengirim marinir untuk memberikan keamanan di American Institute in Taiwan (AIT) --nama resmi kedutaan de facto-- saat resmi beroperasi September mendatang.

"Seperti praktik di lokasi AIT saat ini, sejumlah kecil personel AS dikirim untuk bertugas bersama sejumlah besar karyawan yang dipekerjakan secara lokal, guna memberi rasa aman atas kerja sama positif dengan pemerintah setempat," kata juru bicara itu, sebagaimana dikutip dari South China Morning Post pada Jumat (31/8/2018).
Laporan media sebelumnya, mengatakan pada Juni lalu, Kemlu AS meminta agar korps marinis dikirim ke AIT. Jika permintaan tersebut diberikan untuk fasilitas baru, maka akan menjadi pertama kalinya dalam hampir 40 tahun sejarah pasukan khusus itu menjaga misi diplomatik di Taiwan.

Namun, laporan yang dirilis oleh situs resmi Marinir AS mengatakan pada Juli lalu, bahwa permintaan tersebut tidak dikabulkan.
Juru bicara Kemlu AS tidak memberikan rincian, juga tidak mengatakan apakah marinir akan ditempatkan berseragam, dengan mengatakan hal itu tidak "membahas masalah keamanan khusus mengenai perlindungan fasilitas atau personil kami".
Amerika Serikat biasanya menempatkan marinir berseragam sebagai penjaga di kedutaan besar, konsulat dan bangunan pemerintah resmi lainnya di seluruh dunia.
Jika hal serupa terjadi di Taipei, itu akan menjadi yang pertama kalinya sejak 1979, ketika Amerika Serikat mengalihkan pengakuan diplomatik dari Taiwan ke China, bahwa Washington telah menerapkan protokol keamanan yang serupa ke kedutaan tidak resmi di sana.

Kehadiran pasukan marinir berseragam di AIT berpotensi menimbulkan tanggapan negatif dari Beijing, di mana menurut beberapa pengamat, bisa dilihat sebagai upaya Washington meningkatkan status diplomatiknya dengan Taiwan.
Bonnie Glaser, direktur Proyek Daya China di Pusat Keamanan dan Studi Internasional di Washington, mengatakan bahwa "keputusan tentang keamanan kompleks AIT baru dibuat beberapa tahun yang lalu, dan hanya telah ditegaskan kembali oleh pemerintahan Trump".
"Pengaturan apa pun yang dibuat adalah bertujuan memastikan keamanan kompleks AIT, bukan untuk menghukum China karena intimidasi terhadap Taiwan," katanya.
Ketika ditanya tentang potensi penugasan marinir ke Taiwan pada konferensi pers pada akhir Juni, juru bicara Kementerian Luar Negeri China Lu Kang memperingatkan AS untuk "berhati-hati".

"Bahwa AS secara ketat tunduk pada ikrar 'satu China' dan menahan diri dari melakukan pertukaran resmi, atau kontak militer dengan Taiwan adalah prakondisi politik untuk hubungan China-AS," kata Lu."AS jelas tentang posisi China dan tahu harus berhati-hati mengenai masalah ini, guna menghindari gesekan hubungan bilateral secara keseluruhan."
Global Times, tabloid yang dimiliki oleh lembaga penyiaran Partai Komunis China, juga memperingatkan dalam sebuah artikel opini di bulan Juli, bahwa Beijing akan menganggap penempatan semacam itu sebagai "subversi yang berat dari kebijakan satu-China, atau bahkan invasi terhadap militer AS."

ASIASUMO.COM

Blogger templates

Blogroll

Search This Blog

Powered by Blogger.

Blog Archive

Pages - Menu

Featured Post

Diduga Terlibat Pelecehan Seksual, Miliarder China Ditangkap di AS

ASIASUMO.COM Minneapolis - Miliarder sekaligus pendiri perusahaan e-commerce raksasa ChinaJD.com, Richard Liu, ditangkap di negara bagi...

Copyright © bisu -Black Rock Shooter- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan